Kamis, 04 Agustus 2011

Sinar Surya Sinema Siap Tandingi Importir Film Harry Potter

Kemudahan yang didapatkan PT Omega, importir film HARRY POTTER, TRANSFORMERS, dan KUNGFU PANDA, membuat banyak pihak merasa janggal. Sempat mengalami blokir karena alamat sama dengan perusahaan lain, Omega juga mendapat keringanan PPN selama 2 tahun ke depan dalam memasukkan film Hollywood.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dihadiri dengan Jero Wacik saat preskon, 28/7, memastikan tidak adanya praktik monopoli. Namun hal tersebut dibantah oleh Ilham Bintang.
"Kata siapa tidak ada monopoli. Monopoli itu nyata adanya. Itu buktinya, Omega yang perusahaan baru tiba-tiba bisa masukin film Hollywood," ujar Ilham Bintang ketika berbicara dalam kesempatan diskusi film di Hotel Four Season, Jakarta Rabu malam, (03/08/11).

Bukti lain lanjutnya, selama ini, sebelum adanya Blitzmegaplex, 21 selalu memonopoli penayangan film-film impor. Bahkan dirinya dan Raam Punjabi, pemilik perusahaan importir film Parkit Film, kemudian menyatakan pihaknyalah yang membagi film-film independen kepada Blitzmegaplex sehingga bisa tayang.
"Saya ini diberikan kesempatan memasukkan 20 judul film impor (non MPAA ). Dan saya yang berinisiatif membagikannya ke Blitzmegaplex," ujar Ilham yang berbincang bersama komisaris Utama Blitzmegaplex, A.M Hendropriyono.

Kenyataan bahwa masyarakat kita butuh film-film MPAA memang tidak dipungkiri. "Namun kemudian hal ini dijadikan semacam senjata untuk menghasut masyarakat melawan pemerintah. Apalagi pemerintah tidak punya catatan penonton bioskop kita. Buktinya apa kalau masyarakat kita ke Singapura hanya untuk nonton film? Kalau turun penonton bioskop itu buktinya apa?" tegasnya.

Hendropriyono menambahkan tragedi impor film dan penggelapan pajak harus diselesaikan. "Jelas ada sesuatu di sini. Tapi, memang kita perlu bukti kuat untuk menunjang dugaan itu, " ujarnya.
Raam Punjabi membeberkan MPAA sebenarnya memberikan kesempatan kepada seluruh importir untuk menayangkan film-film yang diproduksi melalui mereka. Namun, memang MPAA selalu memastikan agar film-film mereka beredar luas. 

"Siapa pemilik bioskop yang besar sekarang, 21. Makanya importir yang boleh ambil film Hollywood ya satu grup sama 21. Kalau Omega bisa masukin berarti jelas ada keterkaitan dengan 21. Idealnya pengusaha bioskop dan importir film itu nggak bersinggungan," katanya.
Sebagai bentuk protes mereka membentuk sebuah importir baru bernama Sinar Surya Sinema. "Kami kan menjajaki kemungkinan untuk turut bisa memasarkan film-film MPAA," ujarnya. Menurutnya yang akan menjadi masalah adalah urusan dengan MPAA.

"Untuk pemerintah sendiri kita akan menunggu hasilnya dalam 2 minggu ini. Jika, sulit baru kita akan menempuh langkah selanjutnya. Mungkin, semacam class action," Ilham Bintang menimpali.

(sumber:kapanlagi.com)

Tidak ada komentar: